KONSEP DASAR FONOLOGI dan PENGAJARANNYA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bahasa Indonesia mempunyai cakupan yang luas mengenai aturan tata bahasanya. Baik dari segi huruf, suku kata, kata, kalimat, paragraf, dan tulisan yang terdiri dari beberapa paragraf. Oleh karena itu,  dalam bahasa indonesia terdapat cabang-cabang linguistik yang memiliki sudut pandang kajian yang berbeda. Cabang-cabang tersebut meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan leksikologi. Fonologi berkonsentrasi pada persoalan bunyi, morfologi pada persoalan struktur internal kata, sintaksis pada persoalan susunan kata dalam kalimat, semantik pada persoalan makna kata, dan leksikologi pada persoalan perbendaharaan kata.
Namun demikian, pada penulisan makalah ini penulis lebih tertarik untuk membahas cabang linguistik fonologi dan konsep-konsep dasar yang berkaitan dengannya. Cara pengajaran fonologi juga dibahas pad makalah ini agar mahasiswa jurusan PGMI khususnya tidak sekedar paham namun juga dapat mengajarkannya. Dengan demikian, konsep fonologi bisa dipahami dan diajarkan secara benar. Oleh karena itu pada penulisan makalah ini, penulis mengangkat judul “ Konsep Dasar Fonologi dan Pengajarannya”, sekaligus untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka pembahasan dalam makalah ini akan difokuskan pada masalah-masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana konsep dasar fonologi?
2.      Bagaimana pengklasifikasian bunyi beserta sumbernya?
3.      Bagaimana pengajaran fonologi?
C.     Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, secara umum penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1.      Mengetahui konsep dasar fonologi.
2.      Mengetahui pengklasifikasian bunyi beserta sumbernya.
3.      Mengetahui pengajaran fonologi.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Dasar Fonologi
Fonologi berasal dari kata fon yang berarti bunyi dan logi yang berarti ilmu, jadi fonologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari, menganalisa dan membicarakan runtutan-runtutan bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.[1] Fonologi juga menganalisis dan mengkaji tentang pemanfaatan berbagai macam bunyi bahasa yang dihasilkan dari bahasa-bahasa dan pemanfaatan sistem-sistem untuk mengontraskan ciri-ciri bunyi yang terdapat dalam bahasa-bahasa. Fonologi senantiasa memfokuskan sebuah bahasa sebagai sebuah sistem komunikasi dalam teori dan prosedur analisisnya.
Menurut Hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya, fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik. Fonetikadalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap manusia.[2]Pada fonetik, bunyi bahasa yang dipelajari tidak memperhatikan apakah bunyi itu mempunyai fungsi pembeda makna atau tidak. Menurut terjadinya bunyi bahasa, fonetik dibedakan menjadi:
1.      Fonetik Artikularis / Fonetik Organis / Fonetik Fisiologis mempelajari bagaimana alat-alat bicara manusia bekerja dalam bunyi bahasa. Dalam hal ini bunyi bahasa diklasifikasikan menjadi segmental dan suprasegmental. Contoh kata dari bunyi bahasa segmental adalah kata “dan”,kata “dan” terdiri dari bunyi [d], [a], dan [n]. Ketiga bunyi itu adalah segmen-segmen dari kata dan. Jadi, bunyi sebagai segmen adalah bunyi menurut pola urutannya dari kiri ke kanan yang strukturnya dinamakan segmental. Sedangkan bunyi suprasegmental adalah bunyi atau pelafalan dari kata segmental. Mislanya perbedaan tuturan Dia telah datang dan Dia telah datang?, pada kalimat ini  tidak terdapat perbedaan secara segmental melainkan atas perbedaan intonasi yang berbeda.
2.      Fonetik Akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai gelombang bunyi, melalui alat khusus. Misalnya spektograf bunyi untuk mempelajari ciri-ciri gelombang bahasa melalui gambar-gambar yang menunjukkan ciri frekuensi, intensitas, dan waktu dari bunyi bahasa tertentu.
3.      Fonetik Auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa oleh telinga kita atau menyelidiki bunyi bahasa sebagai sesuatu yang diterima oleh pendengar. Misalnya, apabila diteliti dengan alat-alat tertentu dapatlah diketahui bagaimana kedudukan lidah saat menyebutkan bunyi-bunyi sengau seperti [m], [n], [ň] dan [η], posisi pita suara ketika menyebutkan bunyi bersuara seperti [b], [d], [g], [v] ataupun bunyi tidak bersuara seperti [p], [t], [k], [f] dan sebagainya.
Fonemik adalahilmu yang mempelajari bunyi-ujaran dalam fungsinya sebagai pembeda arti.[3]Jadi fonemik merupakan bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata. Pada tingkat fonemik,berbagai unsur seperti tekanan, durasi dan nada bersifat fungsional alias dapat membedakan makna. Seperti contoh dalam bahasa Batak Toba, kata tutu (dengan tekanan pada suku pertama) bermakna ‘batu gilas’, sedangkan pada kata tutu (dengan tekanan pada suku kedua) berarti ‘betul’. Perbedaan letak tekanan pada kedua kata itu menyebabkan makna yang berbeda. Hal ini berarti tekanan dalam bahasa Batak Toba bersifat fungsional.
Pada kajian fonologi, terdapat istilah fon dan fonem. Fon atau bunyi bahasa (speech sound) adalah satuan bunyi bahasa yang bersifat konkret, dapat didengar, dapat diucapkan dan dihasilkan oleh alat ucap. Berkaitan dengan itu, maka fon dijadikan sebagai objek penelitian dari fonetik, karena bunyi bahasa  yang dihasilkan oleh alat ucap manusia pada umumnya tidak memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna kata atau tidak. Contohnya kata panci, terdiri atas p/a/n/c/i, lutut terdiri atas l/u/t. Sedangkan Fonem adalah bunyi yang membedakan makna, merupakan kesatuan bunyi terkecil yang berfungsi sebagai pembeda makna atau satuan terkecil dalam sebuah bahasa yang masih bisa menunjukkan perbedaan makna. Sehingga fonem dijadikan sebagai objek penelitian dari fonemik. Kalau dalam fonetik, misalnya, kita meneliti bunyi-bunyi [a] yang berbeda pada kata-kata lancar, laba, dan lain; atau pada perbedaan bunyi [i] seperti yang terdapat pada kata-kata ini, intan, dan pahit; maka dalam fonemik kita meneliti apakah perbedaan bunyi itu mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Jika bunyi itu membedakan makna, maka bunyi tersebut kita sebut fonem, dan jika tidak membedakan makna, maka bunyi tersebut bukan termasuk fonem. Jumlah fonem yang
dimiliki suatu bahasa tidak sama jumlahnya dengan yang dimiliki bahasa lain. Jumlah
fonem bahasa Indonesia ada 24 buah, terdiri dari 6 buah fonem vokal (a, i. u, e, ∂, dan o)
dan 18 fonem konsonan (p, t, c, k, b, d, j, g, m, n, n, η, s, h, r, l, w, dan z), bukan termasuk huruf f,q,v,y,x [4]. Bentuk linguistik [palaη] yang biasa dijumpai dalam Bahasa Indonesia bermakna palang. Bentuk ini bisa dipisah menjadi lima bentuk linguistik yang lebih kecil, yaitu [p], [a], [l], [a], dan [η]. Kelima bentuk linguistik ini (masing-masing) tidak mempunyai makna. Jika salah satu bentuk linguistik terkecil tersebut (misal [p]) diganti dengan bentuk
linguistik terkecil lain (misal diganti [k], [t], [j], [m], [d],), maka akan menjadi:
[palaη] ‘palang’                 [k]                  [kalaη] ‘sangga’,
[palaη] ‘palang’                 [t]                   [talaη] ‘sejenis ikan’,
[palaη] ‘palang’                 [j]                  [jalaη] ‘liar’,
[palaη] ‘palang’                 [m]                 [malaη] ‘celaka’,
[palaη] ‘palang’                 [d]                  [dalaη] ‘dalang’,
Selanjutnya kajian dalam fonologi juga mencakup transkripsi.Transkripsi merupakan pengalihan tuturan (yang berwujud bunyi) ke dalam bentuk tulisan atau penulisan kata, kalimat, dan teks dengan  menggunakan lambang-lambang bunyi[5]. Transkripsi juga bisa didefinisikan sebagai cara pengalihan bentuk bunyi ke dalam abjad fonetis (Soeparno, 2002). Selain itu, ada juga yang mendefinisikan bahwa transkripsi adalah tuturan atau pengubahan teks dengan tujuan untuk menyarankan: lafal bunyi, fonem, morfem, atau tulisan sesuai dengan ejaan yang berlaku dalam suatu bahasa yang menjadi sasarannya (Marsono, 1993)[6]. Secara singkat transkripsi bisa dipahami sebagai perubahan bunyi ujar dalam bentuk tulisan.
            Berdasarkan bentuk penyajiannya transkripsi dapat di klasifikasikan menjadi dua, yakni “transkripsi saksama” dan “transkripsi kasar”. Transkripsi saksama melambangkan secara rinci setiap segmen bunyi dan ciri bunyi yang berderetan. Transkripsi saksama dinilai lebih rumit dibanding transkripsi kasar, karena terlalu banyak menggunakan lambang-lambang pada setiap perbedaan bunyi yang ada. Lambang-lambang ini biasanya terletak diantara kurung siku ([]).Berbeda dengan transkripsi saksama transkripsi kasar lebih sedikit menggunakan lambang-lambang dalam mewakili bentuk-bentuk yang dilafalkan. Lambang-lambang pada transkripsi kasar ini biasanya terletak di antara kurung miring (//).
            Pengklasifikasian transkripsi berdasarkan objek yang dikaji dapat dibagi menjadi empat, yakni “transkripsi fonetis”, “transkripsi fonemis”, “transkripsi morfemis”, dan transkripsi ortografis. Berikut penjelasannya secara singkat :
1. Transkripsi Fonetis, yaitu penulisan pengubahan menurut bunyi, ditandai dengan [...].
2. Transkripsi Fonemis, yaitu penulissan pengubahan menurut fonem, ditandai dengan /…/.
3. Transkripsi Morfemis,  yaitu penulisan pengubahan menurut morfem, ditandai dengan {…}.
4. Transkripsi Ortografis, yaitu penulisan pengubahan msenurut huruf dan ejaan bahasa yang menjadi tujuannya.
Pada pembahasan ini ruang lingkup yang dibahas adalah transkripsi fonetis dan transkripsi fonemis.
            Transkripsi Fonemis adalah transkripsi yang menggunakan satu lambang untuk menggambarkan satu fonem, baik yang membedakan arti maupun yang tidak, tanpa melihat perbedaan fonetisnya. Simbol fonetiknya ditulis diantara dua garis miring. Misalnya : penulisan /makan/ dan /macan/ yang hanya menggambarkan fonem-fonem yang ada. Transkripsi Fonetis adalah transkripsi yang berusaha menggambarkan semua bunyi secara sangat teliti. Simbol fonetiknya ditulis diantara dua kurung siku tegak. Misalnya : kata panggil menjadi [paÅ‹gIl] yang menimbulkan artikulasi-artikulasi baru. Daftar lambang-lambang fonetik adalah sebagai berikut:
 Lambang “a” sama dengan huruf a [pa+rah] ‘parah’, [sa+ka] ‘saka’. Lambang “i” sama dengan huruf i [bi+sa] ‘bisa’, [sa+dis] ‘sadis’. Lambang “ Ä« ” sama dengan huruf “i” bertilde [so+pÄ«r] ‘sopir’, [ta+bÄ«b] ‘tabib’. Lambang “Ê”” sama dengan tanda tanya [baÊ”+so] ‘bakso’, [a+jaÊ”] ‘ajak’. Lambang “O” seperti huruf o kapital [tO+kOh] ‘tokoh’, [bO+rOs] ‘boros’. Lambang “É™” sama dengan huruf e terbalik [kÉ™+ra] ‘kera’, [ma+rÉ™t] ‘maret’. Lambang “e” sama dengan huruf e [sa+te] ‘sate’, [so+re] ‘sore’. Lambang ε seperti huruf e kapital [pεn+dεk] ‘pendek’, [ka+rε] ‘karet’. Lambang γ Huruf x bergelung ke bawah marupakan lambang dari huruf “gh” [ba+liγ] ‘baligh’, [maγ+rib] ‘maghrib’. Lambang U sama dengan huruf u kapital [ba+tUk] ‘batuk’, [ka+pUr] ‘kapur’. Lambang Å‹ Huruf n berekor sebagai lambang “ng” [pu+laÅ‹] ‘pulang’, [haÅ‹+at] ‘hangat’[7].
Perbedaan ejaan fonetis dan fonemis :
No
Ejaan Fonetis
Ejaan Fonemis
1
[piŋUl]
/pinggul/
2
[bεbεʔ]
/bebek/
3
[pOjOÊ”]/
/pojok/
4
[warUÅ‹]
/warung/
5
[ñañi]
/nyanyi/

Berdasarkan kedua definisi di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa perbedaan dari kedua transkripsi tersebut terletak pada ejaannya. Ejaan fonemis hanya menggambarkan fonem-fonem yang ada, sedangkan ejaan fonetis akan menimbulkan artikulasi-artikulasi baru yang timbul dari ejaan fonetisnya.
B. Sumber dan Klasifikasi Bunyi Bahasa
Bunyi bahasamerupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan mengandung pengertian serta makna yang dapat dipahami. Pada dasarnya bunyi bersumber pada tiga hal yakni[8] :
a)      Udara,
b)      Artikulator atau bagian alat ucap yang bergerak, yaitu alat-alat ucap manusia yang mampu menghasilkan bunyi bahasa. Artikulator terdiri dari bibir bawah, gigi, lidah dan sebagainya. Dan alat ini aktif saat berbicara.
c)      Titik artikulasi atau bagian alat ucap yang menjadi titik sentuh artikulator yang bersifat pasif ketika berbicara. Artikulasi ini meliputi bibir atas, gigi atas, langit-langit keras dan langit-langit lunak.
Dengan demikian secara general bunyi bahasa dapat dibedakan atas bunyi  bahasa vokal dan konsonan. Vokal yaitu bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia jika udara dari paru-paru tidak mendapat halangan, dan vokal dilambangkan dengan huruf hidup : a, i, u, e, o. Sedangkan konsonan yaitu bunyi bahasa yang dihasiklkan oleh alat ucap dengan prose udara yang keluar dari paru-paru mendapat rintangan. Berikut pengklasifikasian bunyi secara terperinci[9]:
1.      Klasifikasi Vokal
Bunyi vokal biasanya diklasifikasikan dan diberi nama berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut. Posisi lidah bisa bersifat vertikal dan bisa bersifat horizontal. Kemudian menurut bentuk mulut dibedakan adanya vokal bundar dan vokal tidak bundar.
a)      Ditinjau dari cara pengucapannya, yaitu:
-          Vokal tunggal (monoftong) yaitu a, i, u, e, o. Contohnya: a => pada, u => buku, e => peta
-          Vokal rangkap (diftong),disebut diftong karena posisi lidah ketika memproduksi bunyi ini pada bagian awal dan akhirnya tidak sama. Ketidaksamaan ini menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, serta strukturnya, yaitu: ai, au, oi. Contohnya: ai => pantai, au => pulau, oi => sepoi
b)      Ditinjau dari posisi bibir, yaitu:
-          Vokal bundar, yaitu a, u dan o. Contohnya: a => sepeda, u => kutu, o => polo
-          Vokal tak bundar, yaitu i dan e. Contohnya: i => padi, e => lele
c)      Ditinjau dari tinggi rendahnya lidah ketika berbicara, yaitu:
-          Vokal atas, yaitu i dan u.
-          Vokal tengah, yaitu e dan o.
-          Vokal bawah, yaitu a.
d)     Ditinjau dari maju mundurnya lidah ketika berbicara, yaitu:
-          Vokal depan, yaitu: i dan e (taling).
-          Vokal pusat, yaitu: a dan e (pepet).
-          Vokal belakang, yaitu o dan u.

2.      Klasifikasi Konsonan
Konsonan dibedakan berdasarkan faktor-faktor berikut:
a)      Artikutor dan titik artikulasi:
-          Konsonan bilabial yaitu konsonan yang dibentuk oleh pertemuan bibir atas dan bibir bawah. Contoh: b, p, m, w.
-          Konsonan labio dental yaitu konsonan yang dibentuk oleh pertemuan bibir dan ujung gigi. Contoh: f, v.
-          Konsonan apiko-dental yaitu konsonan yang dihasilkan pertemuan antara ujung lidah yang menyentuh gigi. Contoh: t, n.
-          Konsonan apiko-alveoral yaitu konsonan yang dihasilkan akibat ujung lidah menyentuh kaki gigi. Contoh: t, d, n.
-          Konsonan palatal yaitu konsonan akibat tengah lidah menyentuh langit-langit keras. Contoh: c, j, ny.
-          Konsonan velar yaitu konsonan yang terjadi karena belakang lidah menyentuh langit-langit lembut. Contoh: k, g, kh ,ng.
-          Konsonan laringal yaitu konsonan yang dihasilkan oleh pita suara yang dibuka lebar. Contoh: h.
b)      Turut tidaknya pita suara bergetar:
-          Konsonan bersuara yaitu b, d, n, g, w, z.
-          Konsonan tak bersuara yaitu p, t, c, k, f, s, sy.
c)      Jalan yang dilalui oleh udara:
-          Konsonan oral yaitu konsonan yang dihasilkan oleh udara yang keluar melalui mulut. Contoh: p, b, k, d, w, s, r.
-          Konsonan nasal yaitu konsonan yang dihasilkan oleh udara yang keluar dari paru-paru melalui hidung. Contoh: m, n, ng, ny.
d)     Macam halangan yang dijumpai ketika udara keluar dari paru-paru:
-          Konsonan hambat, yaitu p, b, k, t, d.
-          Konsonan frikatif (bunyi geser) yaitu f, v, kh.
-          Konsonan spiran (bunyi desis) yaitu s, z, sy.
-          Konsonan likuida (lateral) yaitu l.
-          Konsonan trill (bunyi getar) yaitu r.
C.Pengajaran Fonologi
Anak pada masa sekolah dasar cenderung lebih suka bermain, karena masa ini adalah masa bermain.  Jadi, pengajaran yang diberikan pada mereka sebaiknya didasarkan pada prinsip bermain, sehingga anak senang untuk belajar, dapat bereksplorasi, dan memperoleh banyak pengalaman. Namun demikian, masa konsentrasi mereka juga sangat pendek sehingga guru harus memiliki banyak strategi agar mereka tidak jenuh.
Proses pembelajaran yang  menggunakan pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan) haruslah memiliki cara-cara yang unik. Diantaranya adalah metode foxfire. Metode foxfire merupakan metode penugasan atau pemberian tugas kepada peserta didik[10]. Metode ini dapat diterapkan pada pengajaran fonologi, karena siswa akan memiliki pemahaman yang matang melalui pengerjaan tugas, setelah ia memahami konsep fonologi. Misalnya, siswa diberi tugas untuk mendata bunyi “a” di depan, di tengah, dan di akhir kata.
Pemahaman konsep fonologi dapat dilakukan dengan banyak cara pengajaran. Diantaranya guru dapat membentuk kelompok, siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat atau lima orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, kemudian siswa berdiskusi dalam tim mereka untuk memastikan seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Saat belajar berkelompok, siswa saling membantu untuk menuntaskan materi yang dipelajari. Guru memantau dan mengelilingi tiap kelompok untuk melihat adanya kemungkinan siswa yang memerlukan bantuan guru. Dengan demikian semua siswa akan memahami konsep fonologi yang diajarkan.
Diskusi dengan teman akan dapat melatih kemampuan berbahasanya. Penggunaan bahasa tidak terlepas dari interaksi dengan orang lain karena bahasa itu sendiri digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, perlu diciptakan lingkungan yang nyaman dan kondusif, sehingga anak merasa nyaman untuk berdiskusi. Hal ini tentunya sangat berdampak terhadap perkembangan bahasa anak, karena anak tidak hanya sebagai pengguna bahasa yang pasif, melainkan juga dapat menjadi pengguna bahasa yang aktif. Tempat terbuka juga dapat dijadikan tempat yang menarik untuk pengajaran fonologi. Anak akan menemui banyak benda nyata yang menarik hati mereka. Pada kesempatan inilah guru dapat memantapkan pemahaman mereka tentang fonologi dengan mengambil contoh benda-benda nyata. Sesuai dengan perkembangan kognitif anak, bahwa pada masa ini anak akan memiliki pemahaman yang baik pada apa yang dapat ditangkap penglihatannya secara nyata.
Metode lain yang dapat diterapkan pada pengajaran konsep fonologi adalah “listen and repeat”. “Listen and repeat” adalah suatu metode dimana guru memberikan contoh pelafalan, kemudian siswa menirukan. Dengan metode ini, maka guru dapat langsung membenarkan pelafalan siswa yang salah, sehingga semua huruf dan kata bisa dilafalkan siswa dengan baik dan benar. Setelah itu, guru dapat menunjuk siswa satu per satu untuk melafalkan suatu kata, sebagai salah satu bentuk evaluasi keberhasilan pengajaran konsep fonologi secara individual.Dengan demikian, tidak akan ditemukan lagi kesalahan-kesalahan dalam pelafalan kata yang dapat menimbulkan ambigutas.

BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
            Berdasarkan pembahasan di atas, jadi dapat disimpulkan:
·         Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa. Fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik. Fonetik yaitu cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak yang menjadikan fon sebagai objek penelitiannya. Dan fonemik yaitu cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tesebut sebagai pembeda yang menjadikan fonem sabagai objek penelitiannya. Sedangkan transkripsi merupakan perubahan bunyi ujar dalam bentuk tulisan.
·         Sumber bunyi berasal dari Udara, artikulator, dan artikulasi. Bunyi bahasa dapat diklasifikasikan menjadi bunyi bahasa vokal dan konsonan.
·         Pengajaran fonologi pada anak sekolah dasar dapat dilakukan dengan metode foxfire dan diskusi kelompok.


3.2 Saran
Bagi pengajar disarankan untuk terus menggali potensi mengajarnya, hingga dapat mengajarkan materi fonologi dan bunyi bahasa secara menarik dan kreatif, sehingga siswa merasa senang, tidak jenuh, serta mudah memahaminya.


[1]G. Surya Alam, Y. Zulkarnain, Kamus Bahasa Indonesia, (Surabaya: Karya Utama, 2000), hlm.134
[2]Hendro Darmawan, dkk, Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta: Bintang Cemerlang, 2010), cet. I, hlm.160
[3]Pius A Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta: Arkola, 1994), hlm.184
[4] http://lubisgrafura.wordpress.com/
[5] http://fahrizki.blog.friendster.com/
[6] R.H.Robin. pdf
[7] http://blog-bahasaindonesia.blogspot.com
[8]Bambang M.Pintar Bahasa Indonesia.hal:15-`18
[9] http://zieper.multiply.com/
[10]http://www.suparlan.com/


Posting Komentar

2 Komentar

ghofar1.blogspot.com mengatakan…
templatnya membuat pembaca seperti saya kurang nyaman.
pake yang sederhana ja gan.

artikelnya bagus sesuai dengan apa yang saya cari
main main ke blog sya gan www.ghofar1.blogspot.com